Sholat dhuha adalah
sholat sunnah yang istimewa dengan keutamaan luar biasa. Bagaimana tata cara,
niat sholat dhuha, doa dan bacaannya? Serta apa saja keutamaan dan
keajaibannya? Berikut ini pembahasannya.
Keutamaan sholat
dhuha
Sholat dhuha memiliki
banyak keutamaan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Amal harian wasiat
Rasulullah
Sholat dhuha
diwasiatkan Rasulullah kepada Abu Hurairah untuk menjadi amal harian.
أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ
بِصِيَامِ
ثَلاَثَةِ
أَيَّامٍ
مِنْ
كُلِّ
شَهْرٍ
وَرَكْعَتَىِ
الضُّحَى
وَأَنْ
أُوتِرَ
قَبْلَ
أَنْ
أَرْقُدَ
“Kekasihku
–Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga hal padaku:
berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan sholat dhuha dua raka’at dan
sholat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
2. Sholat awwabin
Sholat dhuha adalah
sholat awwabin, yakni sholatnya orang-orang yang kembali (bertaubat) alias
taat. Merutinkan shalat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang
yang taat.
أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر
Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga
perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah
melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat Dhuha
karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan”
(HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)
3. Dua rakaat dhuha
senilai 360 sedekah
Keutamaan ini banyak
dikaitkan dengan lancarnya rezeki, karena setara dengan 360 sedekah.
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ
صَدَقَةٌ
فَكُلُّ
تَسْبِيحَةٍ
صَدَقَةٌ
وَكُلُّ
تَحْمِيدَةٍ
صَدَقَةٌ
وَكُلُّ
تَهْلِيلَةٍ
صَدَقَةٌ
وَكُلُّ
تَكْبِيرَةٍ
صَدَقَةٌ
وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ
صَدَقَةٌ
وَنَهْىٌ
عَنِ
الْمُنْكَرِ
صَدَقَةٌ
وَيُجْزِئُ
مِنْ
ذَلِكَ
رَكْعَتَانِ
يَرْكَعُهُمَا
مِنَ
الضُّحَى
“Setiap pagi, setiap
ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah
sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap
takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, dan melarang
berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu dapat diganti dengan shalat dhuha dua
rakaat.” (HR. Muslim)
4. Empat rakaat dhuha
membawa kecukupan
Sebagaimana firman
Allah dalam hadits qudsi:
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ
فِى
أَوَّلِ
نَهَارِكَ
أَكْفِكَ
آخِرَهُ
Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal
harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)
5. Ghanimah terbanyak
مَنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ غَدَا إِلىَ الْمَسْجِدِ لِسَبْحَةِ
الضُّحىَ،
فَهُوَ
أَقْرَبُ
مَغْزىً
وَأَكْثَرُ
غَنِيْمَةً
وَأَوْشَكُ
رَجْعَةً
“Barangsiapa berwudhu
kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk melaksanakan shalat dhuha, maka
hal itu adalah peperangan yang paling dekat, ghanimah yang paling banyak, dan
kembalinya lebih cepat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan shahih).
6. Berpahala umroh
Yakni jika dikerjakan
satu paket dengan sholat Subuh berjamaah di masjid. Yakni seseorang sholat
Subuh berjamaah di masjid lalu duduk atau berdiam diri untuk dzikir atau ibadah
lainnya hingga tiba waktu dhuha. Ketika tiba waktu dhuha, ia menunaikan sholat
dhuha. Setelah itu baru pulang ke rumah.
Waktu shalat dhuha
Waktu shalat dhuha
terbentang sejak matahari naik hingga condong ke barat. Di Indonesia, waktu ini
terbentang selama beberapa jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15
menit sebelum masuk waktu dhuhur. Namun menurut Ustadz Abdul Somad, waktunya
mulai 12 menit setelah matahari terbit dan selesainya 10 menit sebelum waktu
Zhuhur.
Waktu yang lebih
utama adalah setelah seperempat siang. Yakni sekitar jam 8.30 WIB untuk
Surabaya dan 9.00 WIB untuk Jakarta.
waktu sholat dhuha
Di Arab, waktu itu
ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak. Sebagaimana
sabda Rasulullah:
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ
مِنَ
الضُّحَى
فَقَالَ
أَمَا
لَقَدْ
عَلِمُوا
أَنَّ
الصَّلاَةَ
فِى
غَيْرِ
هَذِهِ
السَّاعَةِ
أَفْضَلُ.
إِنَّ
رَسُولَ
اللَّهِ
-صلى
الله
عليه
وسلم-
قَالَ
صَلاَةُ
الأَوَّابِينَ
حِينَ
تَرْمَضُ
الْفِصَالُ
Bahwasanya Zaid bin
Arqam melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha (di awal pagi). Dia berkata,
“Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat
orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta mulai
kepanasan’” (HR. Muslim)
Niat sholat dhuha
Semua ulama sepakat
bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya,
tidak harus melafalkan niat. Namun dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu diterangkan
bahwa menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka
membantu hati menghadirkan niat.
Sedangkan dalam
madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada
contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bagi yang melafadzkan
niat, lafadz niat sholat dhuha adalah sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى
رَكْعَتَيْنَ
لِلَّهِ
تَعَالَى
(Usholli sunnatadh
dhuhaa rok’ataini lillaahi ta’aalaa)
niat sholat dhuha
Artinya: “Aku niat
sholat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Adapun lafadz niat
yang lebih panjang sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى
رَكْعَتَيْنَ
مُسْتَقْبِلَ
الْقِبْلَةِ
أَدَاءً
لِلَّهِ
تَعَالَى
(Usholli sunnatadh
dhuhaa rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa’an lillaahi ta’aalaa)
Artinya: “Aku niat
sholat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta’ala”
Tata cara sholat
dhuha
Bagaimana tata cara
sholat dhuha? Sholat dhuha dikerjakan dua rakaat salam – dua rakaat salam.
Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang mengerjakan
sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat.
عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى
ثَمَانِىَ
رَكَعَاتٍ
يُسَلِّمُ
مِنْ
كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ
Dari Ummu Hani’ binti
Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat
dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam
(HR. Abu Dawud; shahih)
Tata caranya sama
dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yaitu:
Niat
Takbiratul ihram,
lalu membaca doa iftitah
Membaca surat Al
Fatihah
Membaca surat atau
ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan
tuma’ninah
I’tidal dengan
tuma’ninah
Sujud dengan
tuma’ninah
Duduk di antara dua
sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan
tuma’ninah
Berdiri lagi untuk
menunaikan rakaat kedua
Membaca surat Al
Fatihah
Membaca surat atau
ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan
tuma’ninah
I’tidal dengan
tuma’ninah
Sujud dengan
tuma’ninah
Duduk di antara dua
sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan
tuma’ninah
Tahiyat akhir dengan
tuma’ninah
Salam
Demikian tata cara
sholat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang sampai bilangan rakaat delapan
atau yang dikehendaki. Setelah sholat dhuha dianjurkan berdoa. Bisa pula berdoa
dengan doa sholat dhuha.
Doa sholat dhuha
Tidak ada doa sholat
dhuha khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga
dalam kitab-kitab Fiqih populer, para ulama sama sekali tidak mencantumkan doa
sholat dhuha. Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab
maupun Fiqih Manhaji mazhab Imam Syafi’i, semuanya tidak mencantumkan doa
sholat dhuha. Sehingga, kita boleh berdoa secara umum dengan doa apapun yang
baik.
Ada satu doa sholat
dhuha yang sangat populer, yaitu:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ،
وَالْبَهَاءَ
بَهَاءُكَ،
وَالْجَمَالَ
جَمَالُكَ،
وَالْقُوَّةَ
قُوَّتُكَ،
وَالْقُدْرَةَ
قُدْرَتُكَ،
وَالْعِصْمَةَ
عِصْمَتُكَ.
اَللهُمَّ
اِنْ
كَانَ
رِزْقَى
فِى
السَّمَآءِ
فَأَنْزِلْهُ
وَاِنْ
كَانَ
فِى
اْلاَرْضِ
فَأَخْرِجْهُ
وَاِنْ
كَانَ
مُعَسَّرًا
فَيَسِّرْهُ
وَاِنْ
كَانَ
حَرَامًا
فَطَهِّرْهُ
وَاِنْ
كَانَ
بَعِيْدًا
فَقَرِّبْهُ
بِحَقِّ
ضُحَاءِكَ
وَبَهَاءِكَ
وَجَمَالِكَ
وَقُوَّتِكَ
وَقُدْرَتِكَ
آتِنِىْ
مَآاَتَيْتَ
عِبَادَكَ
الصَّالِحِيْنَ
(Alloohumma innadh
dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata
quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana
rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana
mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan
faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa
qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
doa sholat dhuha
“Ya Allah,
sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu,
keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah
kekuasaan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada
di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka
keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh
dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu
dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada
hamba-hambaMu yang shalih”.
Doa ini dicantumkan
oleh Asy Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan disebutkan pula oleh Ad Dimyathi
dalam I’anatuth Thalibiin.
Meskipun bukan
berasal dari hadits Nabi, doa sholat dhuha ini boleh-boleh saja dibaca. Boleh
pula membaca doa lainnya yang penting isinya baik. Bahkan, diperbolehkan pula
berdoa dengan bahasa Indonesia sekiranya tidak bisa bahasa Arab. Karena doa
tersebut dibaca di luar sholat.
Bacaan sholat dhuha
Terkait bacaan sholat
dhuha, kadang ada pertanyaan, surat apa yang harus dibaca setelah selesai Surat
Al Fatihah? Tidak ada hadits shahih yang menjelaskan surat apa yang dibaca saat
sholat dhuha. Berbeda dengan sholat Jumat atau sholat Subuh yang ada hadits
shahih menerangkan sunnahnya membaca surat tertentu.
Bagaimana dengan
pendapat yang menganjurkan rakaat pertama sholat dhuha membaca surat Asy Syams
dan rakaat kedua membaca surat Adh Dhuha? Agaknya pendapat itu bersumber dari
riwayat berikut ini:
صلوا ركعتى الضحى بسورتيهما والشمس وضحاها والضحى
“Shalatlah dua rakaat
dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yaitu surat Was syamsi wadhuhaa haa dan
surat Adh dhuha.” (HR. Ad Dailami dari Uqbah bin Amr, dicantumkan dalam Jami’ul
Ahadits)
Menurut para ulama,
hadits tersebut derajatnya dhaif. Bahkan menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani
dalam Shahih wa Dha’if Jami’us Shaghir, hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Jadi, tidak masalah
bagi kita untuk membaca surat atau ayat manapun dari Al Qur’an dalam shalat
dhuha, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Sedangkan bacaan pada
gerakan sholat (ruku’, sujud dan lainnya) sama seperti sholat pada umumnya.
Lebih rinci bisa dibaca pada artikel Bacaan Sholat.
Keajaiban shalat
dhuha
Banyak kisah nyata
tentang keajaiban sholat dhuha. Berangkat dari keutamaan yang telah diuraikan
di atas, keajaiban ini umumnya terkait dengan rezeki. Bahwa siapa yang
mendawamkan sholat sunnah ini, rezekinya dimudahkan Allah, dilancarkan dan
diberkahiNya.
Demikian panduan
lengkap sholat dhuha mulai dari keutamaan, waktu, tata cara, niat sholat dhuha,
doa dan keajaibannya. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bish
shawab.
0 komentar:
Post a Comment